Kudus-Masyarakat Jawa, terutama petani, dalam berharmonisasi dengan alam mendoakan keselamatan bumi melalui ‘Sedekah Bumi’. Bersyukur atas hasil tanam.
Di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog, sedekah
bumi digelar setiap Bulan Apit (kalender Jawa) atau Bulan Zulqaidah
(Kalender Hijriyah). Tahun ini, hajat tersebut dilangsungkan pada Jum’at
Wage atau bertepatan 29, Agustus 2015.
Sedekah bumi diikuti oleh seluruh warga
desa. Salah satu warga yang hadir dalam acara tersebut, Munfiatun
mengungkapkan bahwa selametan dalam sedekah bumi menjadi sarana berdoa
dan bersyukur karena tidak terjadi bencana atau malapetaka yang
ditimbulkan oleh alam.
Sementara menurut Supriyanto, dirinya
menghadiri kegiatan sedekah bumi untuk menghormati kegiatan yang sudah
menjadi adat desa. “Supaya ingat dan bersyukur kepada Sang Pencipta,”
ujarnya.
Kepala Desa Rahtawu, Sugiyono
menuturkan, rasa syukur warga desa diwujudkan dengan menggelar selametan
dengan menyembelih kerbau lalu dibagi-bagikan pada masyarakat desa,
meliputi dukuh Krajan, dukuh Wetan Kali, dukuh Gingsir (Ngrupuk) dan
dukuh Semliro. “Selebihnya daging kerbau diberikan pada kepala desa
untuk dinikmati perewang dan tamu,” tuturnya mengenai kegiatan yang
berlangsung pada Jumat tersebut. Hiburan tradisional berupa kesenian
Tayub juga disajikan pada hari selanjutnya, Sabtu.
Sugiyono dan warga desa setempat mengaku
tidak berani mengadakan pertunjukan lain selain tayub. “Kami hanya
meneruskan dan mengikuti jejak pendahulu. Sebab sejak sebelum saya lahir
sedekah bumi berikut hiburan tayub sudah berjalan,” jelasnya.
Warga tidak berani meninggalkan
pagelaran tayub. “Enak yo iku, ora enak yo iku,” tegasnya kaku. Hal ini
menurutnya tidak lepas dari pengalaman di masa lalu. Pasalnya, bencana
banjir besar pernah terjadi di desa oleh sebab ada salah seorang warga
nanggap (memanggungkan) hiburan selain tayub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar