Rabu, 30 September 2015

RUMAH ADAT KOTA KUDUS


Nilai arsitektur tradisional rumah adat Kudus merupakan salah satu wujud kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional warisan nenek moyang masyarakat Kudus. Nilai kebudayaan tersebut pada prinsipnya berupa bentuk bangunan, bahan, struktur dan fungsi bangunan dengan macam ragam seni hias, motif dan cara pembuatannya. Bila ditilik dari bentuk, tata ruang, ragam hias, sestem ekonomi yang terkandung didalamnya maka gaya arsitektur tradisional rumah adat Kudus merupakan perpaduan antara kebudayaan Cina, Hindu dan Islam. Rumah Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun 1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati dengan teknologi pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar pasang tanpa paku). Merupakan seni ukir 4 dimensi dari perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam), Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai filosofis yang direfleksikan rumah adat ini.
 

Sejarah Singkat Ukiran Kudus

Seni ukir di Kudus mulai ketika seorang imigran dari Cina yaitu The Ling Sing tiba pada abad 15. Beliau datang ke Kudus tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga menekuni keahliannya dalam kesenian mengukir. Aliran kesenian The Ling Sing adalah Sun Ging yang terkenal karena halus dan indahnya. Dari daerah Kudus inilah beliau banyak menerima murid yang mempelajari agama maupun seni ukir.
Perbedaan Ukiran Kudus dan Jepara
  • Seni ukir di Kudus berkembang pada pembuatan rumah. Ukirannya halus dan indah, bunganya kecil-kecil dan bisa 2 atau 3 dimensi.
  • Seni Ukir Jepara berkembang pada peralatan rumah tangga, misalnya almari, tempat tidur, kursi dan lain-lain. Bentuk ukirannya besar-besar.
 
Motif Ukiran Kudus
Rumah adat Kudus terdiri dari beberapa motif ukiran yang dipengaruhi budaya Cina, Hindu, Islam, Eropa. Motif dan gaya seni ukir tersebut adalah :
  1. Motif China berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil untuk masuk ruang dalam
  2. Motif Hindu digambarkan dalam bentuk perpaduan yang terdapat di gebyok ( pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang dalam )
  3. Motif Persia / Islam digambarkan dalam bentuk bunga, terdapat dalam ruang Jogo Satru
  4. Motif Eropa digambarkan dalam bentuk mahkota yang terdapat diatas pintu masuk ke gedongan.
ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar